Sunday, September 23, 2018

Flora Khas Indonesia


Flora Khas Indonesia


Asiatis - Barat

Majegau merupakan kekayaan hayati khas Pulau Bali. Berbeda dengan burung jalak bali yang sudah banya dikenal. Tidak banyak yang tahu, bahwa pohon majegau adalah flora identitas Provinsi Bali.

Ciri Khas

        Majegau mempunyai batang yang keras dan awet. Di Bali kayu majegau digunakan dalam upacara adat karena wanginya yang harum. Selain itu kayunya juga digunakan untuk bahan bangunan suci atau ukiran.

        Majegau di Bali bukan menjadi sekedar pohon atau identitas. Majegau adalah pohon yang sangat disakralkan. Batang majegau dipercaya sebagai simbolisasi Bhatara Sadasiwa, sehingga sering digunakan dalam upacara manusa yadnya, yaitu suatu upacara suci atau pengorbanan suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan membersihkan lahir batin manusia.

        Kayu majegau juga sering digunakan sebagai kayu bakar upacara karena memiliki bau yang harum. Selain itu, majegau juga berpotensi sebagai obat, khususnya untuk mengobati penyakit sulit buang air.

Keberadan majeagau sudah sangat langka di dalam hutan karena pencurian dan illegal loging. Pohon ini sekarang dilindungi di Kawasan Hutan Lindung RTK 19 Dusun Munduk Anyar, Kel. Tegalcangkring, Kec. Mendoyo, Kab. Jembrana, Bali.



Flora Khas Indonesia

Peralihan

Gaharu adalah nama kayu sekaligus berbagai jenis pohon dari genus Aquilaria (anggota famili Thymelaeaceae). Pohon dan kayu gaharu menjadi tenar dan mahal lantaran mengandung resin akan berbau harum dan banyak digunakan dalam industri kosmetika maupun obat-obatan. Kayu gaharu menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Sayangnya, mahalnya harga kayu gaharu berimbas pada semakin langkanya pohon ini. Sehingga CITES pun mengatur ketat perdagangan kayu ini.

Terdapat 20-an spesies gaharu yang tumbuh tersebar di Asia, mulai dari China, Asia Tenggara, hingga India. Di Indonesia sendiri sedikitnya terdapat 6 spesies pohon gaharu. Dari berbagai jenis tersebut, yang paling dikenal luas adalah spesies dengan nama latin Aquilaria malaccensis.

Pohon Gaharu (Aquilaria spp.) berukuran besar dan tinggi. Tingginya bisa mencapai sampai 40 meter dengan diameter batang lebih dari 60 cm. Batangnya lurus, tidak berbanir, dan berkayu keras. Kulit pohon halus dan berwarna coklat keputihan. Tajuk tumbuhan gaharu bulat, lebat, dengan percabangan yang horisontal. Daun gaharu tunggal, berbentuk lonjong memanjang dengan panjang 5 – 8 cm dan lebar 3 – 4 cm. Ujung daun runcing, warna daun hijau mengkilap.

Bunga gaharu kecil berwarna hijau atau kekuningan yang muncul di ujung ranting atau di atas dan bawah ketiak daun. Buah polong berbentuk bulat telur berukuran 5 x 3 cm. Sedangkan bijinya berbentuk bulat atau bulat telur dengan bulu-bulu halus berwarna kemerahan.
Pohon dari kayu Gaharu memiliki daun yang lancip alias meruncing pada bagian ujungnya serta memiliki buah berbentuk bulat oval dengan ukuran panjang sekitar 3 cm hingga 5 cm. Buah dari pohon kayu Gaharu ini berwarna kemerahan dan memiliki permukaan kulit yang agak berbulu. 

Kayu Gaharu juga lazim digunakan sebagai tanaman obat untuk berbagai macam penyakit seperti sembelit, kembung, penyakit ginjal, diare, masuk angin, sesak napas, hingga hipertensi.



Flora Khas Indonesia

            Australis - Timur


Kantong semar atau dalam bahasa latinnya Nepenthes sp (dalam bahasa Inggris disebut Tropical pitcher plant) adalah Genus tanaman yang termasuk dalam famili monotipik. Tanaman yang terdiri atas sedikitnya 103 spesies ini mempunyai keunikan karena hampir seluruhnya merupakan tanaman karnivora, pemakan daging. Selain karnivora juga memiliki keunikan pada bentuk, ukuran, dan corak warna kantongnya. Karenanya tidak sedikit orang yang memeliharanya. Namun keberadaan Kantong semar(Nepenthes) di habitat aslinya justru terancam kepunahan. Bahkan juni 2009 silam, LIPI mengumumkan beberapa spesies Kantong semar (untuk menghindari perburuan, nama spesiesnya dirahasiakan) sebagai tanaman paling langka di Indonesia.

Kantung Semar tumbuh tersebar mulai dari Australian bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian selatan. Selain itu Nepenthes sp juga terdapat di Madagaskar, Kaledonia Baru, India dan Sri Lanka. Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki ragam spesies terbanyak. Sedikitnya terdapat 64 spesies Kantong semar di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 32 jenis terdapat di Borneo (Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam), 29 spesies terdapat di Pulau Sumatera, 10 jenis di Pulau Sulawesi, 9 jenis di Papua, 4 jenis di Maluku dan 2 jenis di Jawa.

Tumbuhan ini mampu hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, pegunungan, hutan gambut, hutan meranggas, gunung kapur hingga padang savana. Tumbuhan sebagian besar hidup secara empifit, yaitu menempel pada batang atau dahan pohon lain dengan panjang batang mencapai hingga 20 meter. Sementara Kantong semar yang hidup di daerah savana umumnya hidup terestrial, tumbuh tegak dengan panjang batang kurang dari 2 meter.

Pada umumnya, tumbuhan karnivora ini memiliki sulur pada ujung daunnya. Sulur ini dapat termodofikasi membentuk kantong yaitu alat perangkap yang digunakan untuk menangkap memangsanya seperti serangga dan kodok. Kantong ini sendiri secara keseluruhan terdiri atas lima bentuk, yaitu tempayan, oval, silinder, corong dang pinggang.
Tumbuhan karnivora ini termasuk jenis flora berumah dua. Artinya, tiap tanaman hanya memiliki satu jenis kelamin bunga. Jadi untuk bisa menghasilkan keturunan, si Karnivora ini musti melakukan perkawinan silang. Hal itulah yang menyebabkan banyak terdapat species Nepenthes yang terlahir dari hasil persilangan alami. Kantong semar juga dapat berkembang biak secara vegetatif dengan menggunakan tunas.





Sumber     : www.alamendah.org

No comments:

Post a Comment