Flora Khas Indonesia
Asiatis - Barat
Majegau merupakan kekayaan hayati
khas Pulau Bali. Berbeda dengan burung jalak bali yang sudah banya
dikenal. Tidak banyak yang tahu, bahwa pohon majegau adalah flora identitas
Provinsi Bali.
Ciri Khas
Majegau mempunyai batang
yang keras dan awet. Di Bali kayu majegau digunakan dalam upacara adat karena
wanginya yang harum. Selain itu kayunya juga digunakan untuk bahan bangunan
suci atau ukiran.
Majegau
di Bali bukan menjadi sekedar pohon atau identitas. Majegau adalah pohon yang sangat disakralkan. Batang majegau dipercaya sebagai simbolisasi Bhatara
Sadasiwa, sehingga sering digunakan dalam upacara manusa yadnya, yaitu suatu
upacara suci atau pengorbanan suci yang bertujuan untuk memelihara hidup dan
membersihkan lahir batin manusia.
Kayu majegau juga sering
digunakan sebagai kayu bakar upacara karena memiliki bau yang harum. Selain
itu, majegau juga berpotensi sebagai obat, khususnya untuk mengobati penyakit
sulit buang air.
Keberadan majeagau sudah sangat langka di dalam hutan karena pencurian dan illegal loging. Pohon ini sekarang dilindungi di Kawasan Hutan Lindung RTK 19 Dusun Munduk Anyar, Kel. Tegalcangkring, Kec. Mendoyo, Kab. Jembrana, Bali.
Flora Khas Indonesia
Peralihan
Gaharu
adalah nama kayu sekaligus berbagai jenis pohon dari genus Aquilaria (anggota famili Thymelaeaceae). Pohon dan kayu
gaharu menjadi tenar dan mahal lantaran mengandung resin akan berbau harum dan
banyak digunakan dalam industri kosmetika maupun obat-obatan. Kayu gaharu
menjadi salah satu komoditas ekspor andalan Indonesia. Sayangnya, mahalnya
harga kayu gaharu berimbas pada semakin langkanya pohon ini. Sehingga CITES pun
mengatur ketat perdagangan kayu ini.
Terdapat
20-an spesies gaharu yang tumbuh tersebar di Asia, mulai dari China, Asia
Tenggara, hingga India. Di Indonesia sendiri sedikitnya terdapat 6 spesies
pohon gaharu. Dari berbagai jenis tersebut, yang paling dikenal luas adalah
spesies dengan nama latin Aquilaria malaccensis.
Pohon
Gaharu (Aquilaria spp.) berukuran besar dan tinggi.
Tingginya bisa mencapai sampai 40 meter dengan diameter batang lebih dari 60
cm. Batangnya lurus, tidak berbanir, dan berkayu keras. Kulit pohon halus dan
berwarna coklat keputihan. Tajuk tumbuhan gaharu bulat, lebat, dengan
percabangan yang horisontal. Daun gaharu tunggal, berbentuk lonjong memanjang
dengan panjang 5 – 8 cm dan lebar 3 – 4 cm. Ujung daun runcing, warna daun
hijau mengkilap.
Bunga gaharu kecil berwarna
hijau atau kekuningan yang muncul di ujung ranting atau di atas dan bawah
ketiak daun. Buah polong berbentuk bulat telur berukuran 5 x 3 cm. Sedangkan
bijinya berbentuk bulat atau bulat telur dengan bulu-bulu halus berwarna
kemerahan.
Pohon dari kayu Gaharu memiliki daun yang lancip alias
meruncing pada bagian ujungnya serta memiliki buah berbentuk bulat oval dengan
ukuran panjang sekitar 3 cm hingga 5 cm. Buah dari pohon kayu Gaharu ini
berwarna kemerahan dan memiliki permukaan kulit yang agak berbulu.
Kayu Gaharu juga lazim digunakan sebagai tanaman obat untuk berbagai macam penyakit seperti sembelit, kembung, penyakit ginjal, diare, masuk angin, sesak napas, hingga hipertensi.
Flora Khas
Indonesia
Australis - Timur
Kantong semar atau dalam bahasa latinnya Nepenthes sp (dalam
bahasa Inggris disebut Tropical pitcher plant)
adalah Genus tanaman yang termasuk dalam famili monotipik. Tanaman yang terdiri atas sedikitnya 103
spesies ini mempunyai keunikan karena hampir seluruhnya merupakan tanaman
karnivora, pemakan daging. Selain karnivora juga memiliki keunikan pada bentuk,
ukuran, dan corak warna kantongnya. Karenanya tidak sedikit orang yang
memeliharanya. Namun keberadaan Kantong semar(Nepenthes)
di habitat aslinya justru terancam kepunahan. Bahkan juni 2009 silam, LIPI
mengumumkan beberapa spesies Kantong semar (untuk menghindari perburuan, nama
spesiesnya dirahasiakan) sebagai tanaman paling langka di Indonesia.
Kantung Semar tumbuh tersebar mulai dari Australian
bagian utara, Asia Tenggara, hingga Cina bagian selatan. Selain itu Nepenthes sp juga terdapat di Madagaskar,
Kaledonia Baru, India dan Sri Lanka. Indonesia sendiri merupakan negara yang
memiliki ragam spesies terbanyak. Sedikitnya terdapat 64 spesies Kantong semar
di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 32 jenis terdapat di Borneo (Indonesia,
Malaysia, Brunei Darussalam), 29 spesies terdapat di Pulau Sumatera, 10 jenis
di Pulau Sulawesi, 9 jenis di Papua, 4 jenis di Maluku dan 2 jenis di Jawa.
Tumbuhan ini mampu hidup di hutan hujan tropik
dataran rendah, pegunungan, hutan gambut, hutan meranggas, gunung kapur hingga
padang savana. Tumbuhan sebagian besar hidup
secara empifit, yaitu menempel pada batang atau dahan pohon
lain dengan panjang batang mencapai hingga 20 meter. Sementara Kantong semar
yang hidup di daerah savana umumnya hidup terestrial, tumbuh
tegak dengan panjang batang kurang dari 2 meter.
Pada umumnya, tumbuhan karnivora ini memiliki sulur
pada ujung daunnya. Sulur ini dapat termodofikasi membentuk kantong yaitu alat
perangkap yang digunakan untuk menangkap memangsanya seperti serangga dan kodok. Kantong ini sendiri secara keseluruhan terdiri atas
lima bentuk, yaitu tempayan, oval, silinder, corong dang pinggang.
Tumbuhan
karnivora ini termasuk jenis flora berumah dua. Artinya, tiap tanaman hanya
memiliki satu jenis kelamin bunga. Jadi untuk bisa menghasilkan keturunan, si
Karnivora ini musti melakukan perkawinan silang. Hal itulah yang menyebabkan
banyak terdapat species Nepenthes yang
terlahir dari hasil persilangan alami. Kantong semar juga dapat berkembang biak
secara vegetatif dengan menggunakan tunas.
Sumber : www.alamendah.org
No comments:
Post a Comment